KEBUMEN, Kebumen24.com – Bukan hanya soal rukun dan wajib haji, calon jamaah dari Kebumen kini mendapat misi yang lebih mulia: menjadi teladan akhlak selama di Tanah Suci. Pesan itu disampaikan langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Kebumen, Dr. H. Sukarno, M.M., dalam pembekalan manasik haji di RM H. Tino, Kecamatan Ambal, Jumat (11/4/2025).
“Jangan hanya membawa koper dan semangat ibadah, tapi bawa juga akhlak terbaik kita. Karena di sana, kita bukan siapa-siapa—kita tamu, yang membawa nama Kebumen dan Indonesia,” ujar Sukarno di hadapan puluhan peserta manasik.
Tiga “Musuh Dalam Selimut” Ibadah Haji
Lebih dari sekadar rukun, Sukarno menyebut ada tiga hal yang bisa menjadi “pengganggu” kemabruran haji, yakni rafas, fusuq, dan jidal.
“Jaga lisan, jangan mudah tersinggung, apalagi debat kusir. Haji bukan ajang membuktikan siapa paling senior atau paling tahu,” tegasnya.
Ia menjelaskan, rafas adalah ucapan dan tindakan yang tidak senonoh, fusuq merujuk pada perilaku maksiat, sedangkan jidal adalah perdebatan tanpa faedah yang hanya menumbuhkan ego.
Misi Sosial: Pulang Sebagai Agen Perubahan
Tak hanya selama berhaji, Sukarno berharap akhlak mulia tetap melekat saat para jemaah kembali ke Tanah Air. Ia menegaskan, perjalanan spiritual ini seharusnya menjadi titik balik dalam kehidupan sosial para jemaah.
“Setelah haji, jangan hanya jadi pribadi yang religius dalam simbol. Tapi jadilah agen perubahan: yang bisa menenangkan, mendamaikan, dan menebar kebaikan di masyarakat,” katanya.
Menurutnya, ibadah haji bukan sekadar ritual individu, tetapi momentum sosial dan spiritual yang mencerminkan wajah Islam yang damai, santun, dan penuh kasih sayang.
Persiapan Tak Hanya Fisik, Tapi Juga Mental Sosial
Kegiatan pembekalan ini merupakan bagian dari persiapan menyeluruh yang disiapkan Kemenag Kebumen, termasuk untuk membentuk ketahanan mental dan kesiapan sosial para jemaah.
“Kadang justru tantangan terbesar bukan saat tawaf atau wukuf, tapi saat harus sabar menghadapi antrean, beda pendapat, bahkan kondisi yang tidak ideal. Maka penting bagi jemaah untuk saling menguatkan,” ujarnya.
Haji Bukan Sekadar Gelar
Menutup materinya, Sukarno kembali menekankan bahwa ibadah haji bukan tentang membawa pulang gelar ‘Haji’ semata, melainkan membawa pulang versi diri yang lebih baik.
“Jangan hanya pulang dengan predikat, pulanglah dengan pribadi yang lebih lembut, lebih bijak, dan lebih bermanfaat bagi sekitar,” pungkasnya.
Eksplorasi konten lain dari Kebumen24.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.