OPINI PUBLICPendidikanPERISTIWA

Lantik 18 Lembaga PCNU Kebumen, KH Afifuddin Chanif Al Hasani: Wong NU Harus Berpegang Teguh pada Sejarah dan Perjuangan Ulama

611
×

Lantik 18 Lembaga PCNU Kebumen, KH Afifuddin Chanif Al Hasani: Wong NU Harus Berpegang Teguh pada Sejarah dan Perjuangan Ulama

Sebarkan artikel ini

KEBUMEN, Kebumen24.com – Rais Syuriah PCNU Kebumen sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu, KH Afifuddin Chanif Al Hasani, menegaskan pentingnya kesatuan pemahaman tentang Nahdlatul Ulama (NU) di tengah keberagaman karakter warganya.

Pernyataan ini disampaikan dalam acara pelantikan 18 lembaga Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kebumen yang digelar di halaman Gedung PCNU Kebumen, Jl. Kusuma No. 96, pada Sabtu, 8 Februari 2025. Acara ini dihadiri oleh sejumlah pejabat OPD Pemkab Kebumen serta perwakilan Forkopimda Kebumen.

“Ciptakanlah berbagai bentuk orang NU, namun tetap memiliki pemahaman yang sama tentang NU,” ujar KH Afifuddin.

Ia menekankan bahwa dalam kehidupan sosial, kader NU akan menemui berbagai karakter yang berbeda. Oleh karena itu, tugas mereka adalah memastikan agar warga NU tetap sejalan dengan prinsip dan nilai organisasi.

KH Afifuddin menyoroti pentingnya memahami sejarah NU secara mendalam. Menurutnya, NU lahir sebagai kelanjutan perjuangan Wali Songo yang menyebarkan Islam dengan pendekatan toleransi (tasamuh) dan keadilan. Ia mengajak semua pihak untuk memahami konsep Al-Ma’rifatu bil-Istiqoni, yaitu mengenal NU secara historis sejak awal berdirinya.

“Sejarah NU ini perlu dipelajari dengan baik. Bagaimana NU terbentuk, mengapa didirikan, dan bagaimana perannya dalam melanjutkan dakwah Wali Songo. Jarak antara era Wali Songo dengan berdirinya NU cukup panjang, namun nilai-nilai perjuangan mereka tetap diteruskan oleh NU hingga kini,” jelasnya.

KH Afifuddin juga menyinggung perjalanan NU dari masa kejayaannya pada 1967-1969 hingga masa sulit pada era 1980-1989. Pada periode itu, NU mengalami tekanan luar biasa, termasuk pembatasan dalam bidang pendidikan. Namun, para ulama NU tetap berjuang dengan strategi yang matang untuk mempertahankan pendidikan ala Nahdlatul Ulama. Salah satu buktinya adalah berdirinya Lembaga Pendidikan Sultan Agung di tengah keterbatasan yang ada.

“Saat itu, NU benar-benar ditekan. Bahkan, lembaga pendidikan Ma’arif sempat dihempaskan dan dilarang beroperasi. Namun, para ulama tidak menyerah. Mereka tetap berjuang agar pendidikan NU tetap berjalan dan akhirnya berdirilah berbagai lembaga pendidikan berbasis NU,” paparnya.

Lebih lanjut, KH Afifuddin menekankan bahwa NU bukan sekadar warisan yang bisa dinikmati, melainkan amanat yang harus dijaga dan diteruskan kepada generasi mendatang dalam kondisi utuh dan murni. Ia mengingatkan agar warga NU tidak menjadikan organisasi ini sekadar alat untuk kepentingan pribadi, melainkan tetap sebagai wadah perjuangan umat.

“NU bukan sekadar warisan yang harus kita habiskan, tetapi amanat leluhur yang harus kita serahkan kepada anak cucu dalam keadaan utuh dan murni. Ini harus menjadi kesadaran kita bersama,” pesannya.

Dengan memahami sejarah dan perjuangan NU, KH Afifuddin berharap seluruh warga NU tetap berpegang teguh pada nilai-nilai yang telah diwariskan para ulama. Hal ini agar NU terus menjadi garda terdepan dalam menjaga keislaman dan kebangsaan di Indonesia.

“Sebagai penerus, kita harus terus belajar, memahami, dan mengamalkan nilai-nilai NU dalam kehidupan sehari-hari. Jangan jadikan NU hanya sebagai simbol atau kebanggaan semata, tetapi jadikanlah sebagai jalan perjuangan yang kita jalani dengan kesungguhan dan keikhlasan,” pungkasnya.(K24/*).


Eksplorasi konten lain dari Kebumen24.com

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.