KUWARASAN, Kebumen24.com- Sejumlah petani di Desa Kuwaru, Kecamatan Kuwarasan kini beralih bercocok tanam mengembangkan bawang merah. Hal tersebut dilakukan kerena mereka mencoba untuk menjadi penyangga ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Salah satu petani Desa Kuwaru, Kecamatan Kuwarasan, Solehan (53) menyampaikan, dipilihnya bawang merah sebagai alternatif pengganti padi lantaran ia mencoba mencetuskan ketahanan pangan khususnya di wilayah Kecamatan Kuwarasan. “Kita bisa saling melengkapi untuk kebutuhan pangan. Ada yang menanam padi, ada juga yang menanam bawang. Syukur daerah lain bisa berinovasi tanaman lain,” ucapnya, disela kegiatan panen, Rabu, 3 Juni 2020.
Dijelaskan, motivasi terbesar untuk beralih ke bawang merah berawal dari coba-coba. Bermodalkan ilmu yang diperoleh langsung dari petani Brebes, yang merupakan daerah sentra penghasil bawang merah. Lantas Solehan bersama delapan petani lain menerapkan di lahan yang sebelumnya rutin ditanami padi.
“Awal mula percobaan spekulasi dulu hasilnya seperti apa, ambil bibit jenis Bima masih di Brebes sekalian latihan disana,” terang Solehan yang juga Ketua Kelompok Tani Margo Rahayu Desa Kuwaru.
Sementara ini dirinya memanfaatkan lahan seluas 1.400 meter persegi untuk ditanami bawang merah. Solehan menyebutkan, dari luas lahan itu dapat dipanen sekitar 60 hari setelah tanam.
Dari hasil yang dirasa menjanjikan tersebut, ia mencoba kembali menanam hingga beberapa kali serta memutuskan untuk menambah luas lahan tanam. Puncaknya, dari jumlah 1 kg benih dapat menghasilkan sekitar 5-8 kg bawang merah.
“Dari persiapan lahan waktu itu di Januari kemarin, setelah hasilnya lumayan saya perluasan ada 250 ubin,” tuturnya.
Selama menanam bawang merah, kata Solehan, saat ini belum menemui kendala berarti baik mulai tanam hingga memasuki masa panen. Dalam hal penjualan pun menurutnya terbilang cukup mudah karena bawang merah termasuk komoditas kebutuhan pokok.
“Belum ada yang begitu berpengaruh sih. Paling masalah iklim cuaca dan air, tapi itupun kita sudah dibantu sumur bor,”tambahnya.
Terpisah, Kabid Holtikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan (Distapang) Kabupaten Kebumen, Retno Handarwati mendukung penuh usaha pertanian secara mandiri yang berorientasi terhadap optimalisasi hasil.
“Bawang merah sedang bagus sekitar Rp 40 ribu per kg di tingkat petani. Tetapi produk holtikultura cenderung fluktuatif ketimbang padi. Petani butuh pengelolaan menegemen yang baik untuk menghadapi fluktuasi harga,” ujarnya.
Sejauh ini pihaknya telah melakukan pendampingan ke beberapa wilayah serta fasilitasi terhadap petani yang mencoba menanam bawang merah, mengingat secara geografis Kebumen dinilai cukup berpotensi menghasilkan komoditas bawang merah.
“Kita sudah mulai memfasilitasi demplot atau percontohan. Ada juga pemberian bibit, pupuk dan pembinaan teknis. Dari hasil demplot itu nanti kita tahu daerah mana yang hasilnya bagus dan tidak,” tutupnya. (K24/Hfd)
Eksplorasi konten lain dari Kebumen24.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.