KEBUMEN, Kebumen24.com – Banjir dan serangan hama menjadi mimpi buruk bagi petani cabai di Kabupaten Kebumen. Akibatnya, banyak dari mereka mengalami gagal panen, termasuk Tasinah, seorang petani cabai asal Desa Karangrejo, Kecamatan Petanahan.
Tasinah mengungkapkan, seluruh tanaman cabai keritingnya yang tersebar di lahan seluas 100 ubin rusak akibat banjir dan serangan hama. Daun tanaman mengering, dan produksi menurun drastis. Dalam sehari, ia hanya mampu memanen sekitar 5 kilogram cabai, jauh dari harapan.
“Tanaman terkena hama patek dan terendam air karena hujan terus-menerus. Padahal, harga cabai lagi mahal-mahalnya, bisa sampai Rp80 ribu per kilogram. Tapi, hasil panen saya tidak maksimal,” ungkap Tasinah, Senin 6 Januari 2025.
Ia menambahkan, sebelumnya saat harga cabai anjlok ke Rp8 ribu per kilogram, panennya justru melimpah hingga mencapai 5 kuintal dalam sekali panen. Namun, kini ketika harga melonjak, hasil panennya justru menurun drastis.
“Sekarang giliran harga mahal, malah gagal panen. Yang saya panen ini hanya sisa-sisa saja,” keluhnya.
Tasinah berencana memulai kembali proses penanaman cabai dari awal, dengan harapan ke depan hasil panennya bisa lebih baik dan harga jual stabil.
“Kalau terlalu murah, seperti kemarin Rp8 ribu bahkan ada yang Rp7 ribu, itu tidak sebanding dengan biaya produksi. Tanaman cabai butuh pupuk, dan kami juga mempekerjakan orang untuk perawatannya,” jelasnya.
Harga Cabai Naik Karena Permintaan Tinggi
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distapang) Kebumen, Teguh Yuliono, menjelaskan bahwa kenaikan harga cabai saat ini dipengaruhi oleh pola tanam yang lebih panjang dibandingkan jenis sayuran lain, serta tingginya permintaan masyarakat, terutama selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Untuk cabai, masa tanamnya mencapai empat bulan. Selain itu, permintaan masyarakat meningkat, terutama jenis cabai merah besar yang paling banyak digunakan,” kata Teguh.
Ia menambahkan, kenaikan harga terjadi pada semua jenis cabai, mulai dari cabai merah besar, cabai rawit, hingga cabai keriting. Secara nasional, kebutuhan cabai juga mengalami peningkatan signifikan, sehingga memengaruhi harga di berbagai daerah.
“Cabai tanjung menjadi jenis yang paling mahal karena penggunaannya yang luas oleh masyarakat,” pungkasnya.
Gagal panen yang dialami petani seperti Tasinah menjadi salah satu tantangan di sektor pertanian, khususnya di Kebumen. Meski demikian, para petani berharap kondisi cuaca membaik sehingga mereka dapat kembali memanen dengan hasil maksimal.(K24/)*
Eksplorasi konten lain dari Kebumen24.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.