SEJARAH

Menguak Sejarah Lawang Kori Nampudadi, Penobatan Amangkurat II di Panjer Nagari

1890
×

Menguak Sejarah Lawang Kori Nampudadi, Penobatan Amangkurat II di Panjer Nagari

Sebarkan artikel ini
Foto : Proses Peninjauan dan Inventarisasi (Dok Ravie Ananda)

KEBUMEN, Kebumen24.com – Lawang Kori Nampudadi, sebuah situs sejarah yang terletak di Panjer Nagari, Kebumen. Situs ini diyakini sebagai tempat bersejarah penobatan Amangkurat II, salah satu raja terbesar dalam sejarah Kerajaan Mataram.

Dikutip dari laman website resmi Kebumen2013.com menyebutkan, Situs Lawang (Kori) yang sering disebut Lawang Kori terdapat di desa Nampudadi Kecamatan Petanahan Kebumen Jawa Tengah. Situs ini berupa fragmen (bagian) dinding depan dan pintu rumah berbahan kayu dengan motif ukiran lambang (simbol) yang mengisahkan peristiwa pelarian Amangkurat I dari kejaran Trunajaya.

Pada awalnya, Lawang (Kori) adalah tempat mesanggrahnya Pangeran Adipati Anom yang terlebih dahulu meninggalkan Kraton saat terjadi pemberontakan Trunajaya (1677). Amangkurat I awalnya melarikan diri dan bersembunyi di Pemakaman Imogiri, tetapi kemudian ia menyusul ke barat hingga sampai di “Panjer Bagelen” menempuh waktu selama 4 hari dan bertemu putra sulungnya “Adipati Anom” di Nampudadi. Dalam perjalanan menuju Nampudadi.

Amangkurat I yang sedang sakit diobati oleh pemimpin Panjer saat itu dengan air kelapa tua (aking). Atas jasanya, Amangkurat I memberi gelar pemimpin Panjer dengan sebutan Kalapa Aking (selanjutnya lebih dikenal sebagai Kolopaking).

Dari kediaman Kalapaking di pusat kota Panjer, Amangkurat I kemudian diantarkan ke Nampudadi. Di tempat inilah Amangkurat I menyerahkan beberapa barang berharga Kerajaan Mataram yang bisa dibawanya kepada Adipati Anom dan menobatkan putra sulungnya tersebut sebagai Amangkurat II dihadapan para mantri dengan gelar “Susuhunan Amangkurat Senopati Ngalaga”.

Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan menuju Banyumas. Dalam perjalanan dari Nampudadi ke Banyumas, Amangkurat I jatuh sakit dan semakin parah saat sampai di Ajibarang. Merasa ajalnya sudah dekat, Amangkurat I berpesan kepada Adipati Anom (yang saat itu sudah dilantik) untuk meminta bantuan kepada Kapten Moor di Batavia.

Sesampainya di Wanayasa, Amangkurat I meninggal dunia. Jenazahnya di bawa selama dua hari perjalanan menuju Tegal Wangi (Arum) untuk dimakamkan.

Foto : Ukiran Lawang Kori (Dok Ravie Ananda)

Situs Lawang (Kori) hingga saat ini masih terawat. Ada tradisi memboyong lawang tersebut setiap pergantian kepala desa, dari depan rumah kepala desa yang lama menuju halaman rumah kepala desa yang baru.

Tradisi inilah yang menyebabkan situs Lawang Kori tidak insitu. terdapat ukiran simbol berupa “Burung besar yang mengejar binatang beserta anaknya yang berlari di belakang raja naga” di situs yang kini hanya berupa fragmen dinding dan pintu berbahan kayu.

Ukiran tersebut sebagai simbol peristiwa pelarian Amangkurat I dan Adipati Anom (putra sulungnya) ke Panjer dari kejaran Trunajaya yang berhasil menguasai Kraton Mataram (ravie ananda).

Peninjauan situs Lawang (Kori) oleh BPCB Jateng didampingi oleh Yayasan Wahyu Pancasila pada tahun 2017. Lawang Kori juga telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya oleh Dinas Pendidikan Kab. Kebumen.

Sumber Tulisan : Ravie Ananda (Yayasan Wahyu Pancasila – Panjer Nagari.


Eksplorasi konten lain dari Kebumen24.com

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.