KEBUMEN, Kebumen24.com – Intensitas hujan yang tinggi, mengakibatkan ratusan sawan di Kecamatan Adimulyo terendam banjir. Kondisi ini membuat para petani terancam gagal panen padi.
Para Petani pun mengaku sudah pasrah, lantaran mereka sudah 3 sampai 4 kali harus menanami ulang sawahnya karena selalu terendam banjir ketika hujan lebat turun berhari-hari. Selain telah mengeluarkan biaya produksi yang tidak sedikit, masa panen pada musim tanam ke satu (MT-1) pada tahun ini juga tinggal satu bulan lagi .
“Sudah pasrah mas, sudah tiga kali tanamnya, buat seratusubin habisnya aja Rp.800.000 sekali tanam, ini benihnya saja udah mahal ini udah tiga kali beli tanam banjir lagi mati lagi tanam lagi mati lagi. Ini sudah satu bulan lebih mau dua bulan kaya gini, ini udah mati semua kena banjir,” kata Sutimah salah seorang petani saat ditemi di area persawahan yang tergenang banjir, Rabu 6 Maret 2024.
Sutimah mengaku pasrah karena sudah kehabisan modal, sehingga sawah yang terendam banjir pun dibiarkan begitu saja. Dirinya pun berharap ada perhatian dari pemerintah lantaran sudah beberapa tahun terakhir setiap kali musim penghujan tuba yang bertepatan dengan MT-1 sawah mereka selalu terendam banjir sehingga sering gagal panen.
“Kalau ini udah nggak ditanami lagi, pasrah aja kalau panen ya Alhamdulillah kalau nggak ya udah lah, udah nggak ada benihnya uangnya juga sudah habis, padi yang di rumah juga udah habis,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala Desa Temanggal, Ahmad Mujaki menjelasakan, dari 100 hektar area persawah di desa Temanggal, ada lebih dari 30 hektar sawah yang tergenang dan terancam gagal panen.
Kades Jaki yang juga merupakan Ketua Paguyuban Kepala Desa se-Kecamatan Adimulyo menyebut, tak hanya desanya yang mengalami banjir di area persawahan, namun ada 7 desa lain yang juga mengalami hal serupa. Ini lantaran tidak bekerjanya saluran irigasi yang seharusnya bisa membuang aliran air sungai disepanjang area persawahan secara maksimal, sehingga mengakibatkan sawah di sepanjang sungai terendam.
“Ada 7 desa mulai dari Desa Adimulyo, Mangunharjo, Temanggal, Adiluhur, Caruban, Kemujan dan Tegalsari, kalau yang paling parah untuk yang paling lama genanganya dan terluas dampaknya itu Desa Temanggal,” terangnya.
Saluran irigasi di 7 desa tesebut menuju satu sungai yaitu Sungai Telomoyo, dimana sungai tersebut saat ini sudah tidak normal karena terjadi pendangkalan dan sedimen yang sudah sangat tinggi. Sedangka dam parit yang berada di Desa Sugihwaras dan Madureja tidak bisa langsung dibuka ketika debit air sudah berlebih.
Pihaknya pun sudah menyampaikan permasalahan tersebut kepada Bala Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak. Pihak BBWS pun merespon dengan mengunjungi wilayah-wilayah terdampak untuk dilakukan pemetaan. Rencananya pihak BBWS kedepan akan melakukan normalisasi sungai Telomoyo yang sudah terjadi pendangkalan.
“Kami sudah menghubungi pihak BBWS Serayu Opak baik di kantor Sempor mau pun di kantor pusat di Yogyakarta, dan pihak BBWS sudah melakukan monitoring dan kajian di lokasi yang terdampak. Untuk jangka pendek belum ada tapi kalau jangka panjang rencana akan dilakukan normalisasi dan penertiban di bendungan-bendungan yang ada di wilayah Sugihwaras dan Madureja,” pungkasnya.(K24/*).
Eksplorasi konten lain dari Kebumen24.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.